Mewaspadai Cinta Dunia

artikel ini saya ambil dari http://www.waspada.co.id/opini/mq/artikel.php?article_id=82187 untuk perenungan kepada kita khusus nya para generasi muda......

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
Ditulis Untuk Harian Waspada

Saudaraku, keresahan akan dirasakan oleh setiap orang, begitu juga oleh orang-orang yang beriman kepada Allah. Namun demikian, keresahan yang dialami oleh para pecinta dunia berbeda dengan keresahan yang dialami oleh orang-orang yang beriman. Pecinta dunia resah akan kedudukannya, takut tidak dihargai, resah akan kondisi finansialnya.

Lain halnya dengan orang yang beriman, orang yang beriman resah akan dosa-dosa yang telah ia perbuat, resah akan ketidak-sempurnaan ibadahnya dan lain sebagianya. Karena itu pula, nilai keresahan mereka pun sangat berbeda.

Nilai keresahan orang beriman jauh lebih tinggi daripada nilai keresahan pecinta dunia yang hanya mengkhawatirkan sesuatu yang bersifat semu. Tak jarang kecintaan kita kepada dunia justru mendatangkan malapetaka dan penderitaan bagi diri kita.

Misalnya, ketika kita memimpikan sebuah mobil bagus, banyak diantara kita yang akhirnya memaksakan diri untuk mencicil mobil mewah sesuai dengan harapan kita. Kemudian hal itu menyebabkan penderitaan karena menjadikan keuangan lebih besar pasak daripada tiang.

Jika kita sudah mencintai dunia, niscaya kenikmatan dunia akan mendominasi hati kita. Seperti apakah cinta dunia itu? Cinta dunia adalah rasa cinta kita terhadap kenikmatan dunia dan seisinya yang menjerumuskan kita kepada ketamakan. Kecintaan yang membuat manusia lupa akan adanya hari akhir, dimana semua kenikmatan dunia akan menjadi tiada. Kecintaan yang melahirkan ketamakan tak berujung, ketamakan yang hanya dapat diakhiri dengan berakhirnya usia pecinta dunia itu.

Seorang pecinta dunia (hubuddunya) tidak memahami bahwa sesungguhnya kita hidup di dunia ini ibarat seorang pengembara, yang tidak berbekal kecuali cukup hanya untuk melakukan perjalanan. Tidak serakah dan tamak karena ia tidak bermaksud tinggal selama-lamanya di dunia. Seringkali mereka terlenakan oleh kemilaunya dunia. Menumpuk-numpuk harta dan semakin memperkuat jabatan karena ingin meraih penghargaan dan pujian manusia . Pecinta dunia lupa akan kewajiban sebagai hamba. Ia tidak membayar zakat, tidak menunaikan shalatnya dengan sempurna, dan meremehkan ibadah-ibadah, baik wajib maupun sunnah. Para pecinta dunia lupa bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan bagi setiap manusia. Karena kita akan kembali kepada pemilik kita, yaitu Allah SWT.

Seolah ia akan mulia hanya dengan memiliki semua itu. Mereka lupa akan maut yang senantiasa mengintai. Maut yang mengantarkan mereka pada pengadilan akhirat yang Maha Adil dimana setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawabannya.

Sebagaimana firman Allah SWT yang menyatakan, "Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat pula mendahulukannya" [QS. Yunus : 49]

Bagaimana dengan orang yang beriman? Mereka hanya menyandarkan diri pada Allah. Di balik keresahan dan kegelisahannya, mereka meyakini bahwa Allah Maha Kuasa dan mereka yakin Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang meminta dengan khusyu dan penuh keyakinan. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mensikapi kenikmatan dunia secara proporsional. Dunia dijadikannya sebagai ladang amal untuk meningkatkan kualitas ibadah dihadapan-Nya kelak. Amiin

Komentar