Masyarakat harus hati-hati membeli ponsel daur ulang, sebab, kalau tidak jeli akan dirugikan sendiri, karena kualitas ponsel ini rendah, cepat rusak dan sering mengalami gangguan setelah dipakai beberapa bulan.
Beberapa pedagang ponsel di pusat perbelanjaan Simpang Lima Kota Semarang, menyatakan, harga ponsel daur ulang yang lebih murah ketimbang ponsel (handphone) resmi pabrikan menyebabkan penjualannya marak dan laris.
Sampai saat ini penjualan ponsel daur ulang (rekondisi) di Kota Semarang makin marak, bahkan diperkirakan mencapai separuh dari total penjualan handphone yang ada (handphone resmi dari pabrikan), kata Marihot, pedagang ponsel daur ulang (rekondisi) di kawasan Simpang Lima Kota Semarang yang namanya minta disamarkan.
Masyarakat harus hati-hati saat membeli ponsel rekondisi, karena ponsel ini tidak keluar dari quality control pabrik, dan tingkat radiasi sinyalnya tidak dapat dipertanggungjawabkan, katanya menjelaskan.
Untuk itu, ia mengingatkan pada masyarakat perlu ketelitian dalam membeli, bisa dengan menguji melakukan panggilan (untuk memastikan kualitas speaker-nya), atau juga bisa digunakan untuk memutar lagu, akan jelas terdengar kualitas suara yang dihasilkan.
Selain itu, katanya, perlu dilihat casing ponsel yang sekilas memang terlihat asli, namun jika diteliti lagi akan terlihat bedanya, bobotnya juga lebih ringan. Huruf-huruf yang ada pada menu ponsel terlihat jelas berbeda.
Battery dan charger pun akan terlihat berbeda. Battery yang asli dilengkapi dengan hologram dengan gambar dua tangan yang bersalaman terlihat jelas, sedangkan ponsel rekondisi gambar hologram kurang jelas. Charger asli terasa agak berat dan ada barcode-nya, sedang yang palsu lebih ringan dan barcode-nya tidak jelas.
Umumnya masyarakat tidak akan bisa membedakan mana ponsel rekondisi dengan ponsel baru resmi. Karena secara fisik penampilannya tidak jauh berbeda,
Barang bekas ini diduga kuat didatangkan secara ilegal dengan jaringan yang terbilang rapi. Salah seorang penjual lainnya Akhmad (nama disamarkan) menambahkan, ponsel yang paling laku dijual adalah merek terkenal seperti, Nokia, Sony Ericsson, dan Samsung.
Bisnis ini memang tergolong rapi, mulai dari mendatangkan barang limbah dari luar negeri, kemudian merakit ulang dengan memberi casing baru, dan juga ponsel daur ulang tersebut dikemas dalam dus-dus baru yang sangat mirip dengan dus resmi.
Ternyata, dus-dus tersebut diperjualbelikan secara bebas, barang tersebut dijual hanya dengan harga Rp25 ribu beserta buku panduan dan perangkat lainnya.
Untuk nomor seri mesinnya, ada juga yang menyediakan. Satu nomor IMEI (International Mobile Equipment Identification) atau nomor mesin ponsel ini diperjualbelikan dengan harga yang sangat murah, yaitu Rp3.500. Paket IMEI ini berikut barcode dan nomor register ponsel.
Jika semuanya sudah lengkap, ponsel rekondisi siap dijual dengan tampilan layaknya ponsel baru.
Hampir semua pedagang ponsel rekondisi di kawasan perbelanjaan Simpang Lima saat ditanya tentang maraknya perdagangan ponsel rekondisi keberatan disebut namanya.
Sebagaimana dikatakan Marihot, pedagang lainnya seperti Akhmad, Hassan dan Tuti menyatakan hal sama, biasanya ponsel ini barang selundupan dari negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, dan China.
Menurut Hassan (nama disamarkan), di Kota Semarang, penjualan ponsel rekondisi masih terkesan sembunyi-sembunyi.
Pada umumnya mereka bertransaksi dari mulut ke mulut saja. Kalau pun bertransaksi tidak kepada pembeli langsung, mereka hanya merekondisi ponsel untuk dijual kepada pihak lain.
Hal itu dilakukan demikian, menurut Hassan maupun Marzuki, karena pihaknya tak mau ambil resiko dalam penjualan ponsel rekondisi.
"Kami hanya memberikan stok kepada penjual di daerah, yang pada umumnya para pembelinya kurang begitu paham tentang handphone. Namun, ada juga yang berani menjual langsung kepada pembeli. Kalaupun ditanya tentang ponsel rekondisi akan dijawab ponsel ini asli dari luar negeri," katanya.
Pada umumnya ponsel rekondisi dijual dengan harga murah bahkan bisa terpaut 25 - 50% dari harga resmi. Namun, ponsel ini sangat rentan, karena barangnya merupakan rakitan dari daur ulang, dan tidak bisa dijamin keawetannya.
Kebanyakan ponsel rekondisi di daur ulang dari ponsel bekas dari luar negeri yang diambil mesin dan LCD monitornya kemudian dirakit ulang. Untuk casing, charger, dan aksesori lainnya diganti baru.
Jadi, kata Hassan, masyarakat harus berhati-hati dalam memilih ponsel, dan jangan mudah tergiur oleh harga yang murah, tetapi kualitas tidak menjamin.So ati2 brouw..
Sumber : http://www.kapanlagi.com/h/hati-hati-dengan-adanya-ponsel-daur-ulang.html
Komentar