Masih
bersama malam yang kelam, masih berteman bintang dan sahabat bulan.
Dingin ini tidak berubah walau bukan waktunya membekukan seluruh rasa
yang ada dan ku punya. Mata yang lebam karena pukulan - pukulan cemburu
dan kekecewaan masih juga berlinang air mata. Bersama Kicauan burung
gagak hitam bermata sangar, ku saksikan sendiri betapa sekarat nya
cinta. INI yang keberapa ?, sebuah pertanyaan sia - sia, karena aku
sendiri telah lelah menghitung sampai - sampai aku bingung dengan apa
harus ku hitung.Waktu berlari dengan cepat atau bahkan ia telah
memberikan tongkat estafetnya pada masa yang lain, dan ia benar - benar
melakukan estafet dengan sempurna dan cepat. Dari masa dulu ke masa
sekarang, dari sekarang ke masa yang akan datang, dari masa yang akan
datang ke masa yang tidak pernah akan terbayangkan. Dan estafet nya
waktu benar - benar sempurna. Namun dari sekian waktu dan sekian banyak
masa semua masih sama ( semoga berubah ) hati ini masih terdiam dan
membeku bersama semilir angin dari lautan kepasrahan, gunung kesabaran,
hutan kebimbangan serta bersama dan - dan lain yang tak bisa aku
lukiskan (meskipun aku tahu sebenarnya harus tertuliskan).
Ini bukan nada kekecewaan, bukan simfoni kegalauan, bukan pula kelemahan yang akan kau kira. Ini hanya nyayian, ini hanya doa, ini hanya harapan, dan ini sama dengan yang orang lakukan kala mendapati kekasih nya terbaring lemah, kaku, tak berdaya di keranjang sampah rumah gedongan (atau orang - orang menyebutnya rumah sakit) yaitu berdoa dengan perjuangan harapan.Ini bukan pula nyanyian yang mengharap receh dan iba.Karena aku bukan pengamen, aku juga bukan pengemis meskipun aku tahu aku sedang memohon dengan sangat dengan menengadahkan kedua tangan, menundukkan dengan khidmat kepala ini tuk dapat senyuman cinta yang terkapar ini.Tapi sekali lagi AKU BUKAN PENGEMIS untuk cinta ku ini.
Ini aku sedang di luar, mencoba mengambil nafas panjang setelah sekian lama menemani cinta yang terbaring lemah. dan masih bersama malam. Dada ini makin sesak jika terbayang lalu yang indah. Saat masa masih bersama kesejukan, saat detik masih berpeluk kekasih mengaku sayang, dan masa serta saat diri masih sering tersenyum bersama ayunan manja cinta.
Diluar dingin dan senyap, sesepi hati yang benar - benar kosong oleh apapun (sudah pasti), jangan pandang diriku sekarang sebagai lelaki yang sedang tegar dengan cobaan ini dan masih setia menunggu cinta yang terkapar tak berdaya. tapi lihat lah diriku sekarang yang hanya bisa berjalan dengan kaki tanpa tahu kemana dan kenapa aku melangkah, lihatlah ke mataku bagaimana dan kemana indera ini memandang, bantu dengar kan aku tentang kicauan bocah - bocah yang bermain di pelataran kedukaan, karena aku sudah enggan menggunakan telinga ini sejak rintihan cinta yang kemarin.
Tapi jangan memangdangku dengan mitos kecacatan karena aku mash sehat......
dan aku masih belum lupa tersenyum....
meski aku tahu kalau aku sebenarnya masih merindukan cinta itu......
Masih di luar bersama sahabat ku angin...
terbayang cinta ku dulu yang tersenyum..
Sep 12, '07 1:40 AM
Ini bukan nada kekecewaan, bukan simfoni kegalauan, bukan pula kelemahan yang akan kau kira. Ini hanya nyayian, ini hanya doa, ini hanya harapan, dan ini sama dengan yang orang lakukan kala mendapati kekasih nya terbaring lemah, kaku, tak berdaya di keranjang sampah rumah gedongan (atau orang - orang menyebutnya rumah sakit) yaitu berdoa dengan perjuangan harapan.Ini bukan pula nyanyian yang mengharap receh dan iba.Karena aku bukan pengamen, aku juga bukan pengemis meskipun aku tahu aku sedang memohon dengan sangat dengan menengadahkan kedua tangan, menundukkan dengan khidmat kepala ini tuk dapat senyuman cinta yang terkapar ini.Tapi sekali lagi AKU BUKAN PENGEMIS untuk cinta ku ini.
Ini aku sedang di luar, mencoba mengambil nafas panjang setelah sekian lama menemani cinta yang terbaring lemah. dan masih bersama malam. Dada ini makin sesak jika terbayang lalu yang indah. Saat masa masih bersama kesejukan, saat detik masih berpeluk kekasih mengaku sayang, dan masa serta saat diri masih sering tersenyum bersama ayunan manja cinta.
Diluar dingin dan senyap, sesepi hati yang benar - benar kosong oleh apapun (sudah pasti), jangan pandang diriku sekarang sebagai lelaki yang sedang tegar dengan cobaan ini dan masih setia menunggu cinta yang terkapar tak berdaya. tapi lihat lah diriku sekarang yang hanya bisa berjalan dengan kaki tanpa tahu kemana dan kenapa aku melangkah, lihatlah ke mataku bagaimana dan kemana indera ini memandang, bantu dengar kan aku tentang kicauan bocah - bocah yang bermain di pelataran kedukaan, karena aku sudah enggan menggunakan telinga ini sejak rintihan cinta yang kemarin.
Tapi jangan memangdangku dengan mitos kecacatan karena aku mash sehat......
dan aku masih belum lupa tersenyum....
meski aku tahu kalau aku sebenarnya masih merindukan cinta itu......
Masih di luar bersama sahabat ku angin...
terbayang cinta ku dulu yang tersenyum..
Sep 12, '07 1:40 AM
Komentar