Siang ini kembali aku harus beristirahat diatas deru mesin bis
Dan aku lelah untuk selalu tidur diantara kebisingan mesin,
Teriakan kenek bis meminta recehan penumpang,
Ocehan para nenek pedagang pasar,
Tangisan bocah,
Lelah ku.
Lamunan
Khayalan
Bayangan
Imajinasi
Kata hati
Bualan
Ide
Dan entah apa lagi
Hanya itu yang keluar,
Hingga separuh perjalanan
Pagi itu sayup-sayup suara tartil terdengar dan mengalun lembut
Membelai lembut manusia yang mendengar ,dan bukan membangunkan
Dan aku masih terlalu kecil untuk bangun sepagi itu ,aku tak percaya,sungguh
Aku lebih tak percaya lagi ketika bedan ku bergerak dan serentak hendak pergi,ke sumur.
Muka basah peghilang kantuk ,dan aku kini terjaga,aku bisa melihat dan berfikir jernih.
Cahaya lentera minyak bergoyang keras tertiup hawa hidung ku yang masih mungil
Tapi masih sempat kulihat pipi ibuku yang basah oleh airmata ,aku sedih
Aku pun masih ingat beberapa menit yang lalu,ku pinta rupiah ku
Dan ibuku pun mencoba menengadahkan tangan ke tetangga,
Tapi yang di dapat hanya kata yang kasar,caci maki
Aku tahu itu,meski bukan dengan mataku,
Hatiku masih hidup dan tajam merasa.
Aku memang masih kecil
Tapi hatiku besar.
Punggung jalan masih hitam legam,
Fatamorgana berkeliaran ,menari riang
Bis masih diam menanti tunggangan,
Sopir mencoba menghilangkan lelah,
Penumpang pun ikut lelap bermimpi,
Perjalanan nanti masih terhampar luas,
Batang padi hijau,tegak dan merunduk.
Menikmati kebersamaan ,
Dan kekerabatan
Hidup
Gemerincing uang dikantong ku basah oleh keringat yang tiada henti.
Lembaran berita yang tinggal seberapa menjadi saksi bisu betapa hari ini aku beruntung
Dan aku benar benar gembira ,hari ini dan besok keluarga ku makan nasi
sudah berapa puluh lembar yang terjual , yang kutahu hanya uangku
dan angan ku ,melihat keluargaku bisa tersenyum kenyang
tanpa harus makan nasi cacian dari tetangga
tanpa harus makan nasi tumpangan
tanpa harus menggoreng nasi
sisa makan tadi malam
dan ubi rebus manis
kini akan makan
nasi
ku sadar perut buncit ku belum terisi apa-apa dari tadi subuh
hanya teh hangat tadi pagi saja yang masih membekas ,
namun masih kalah oleh perih perut ku sekarang.
Tetapi biarlah begini.bukan kah di rumah
masih banyak perut yang sangat lapar
jauh lebih lapar dari aku sekarang.
Lapar segalanya
Lapar
Kini mobil tua ini perlahan berjalan
Dan angan ku masih berjalan terus
Sepanjang perjalanan ku ini
Dan belum ku akhiri
sampai kapan
tak tahu
kini aku baru tahu kenapa dan bagaimana hidup,
mangsa atau kau dimangsa.itulah prinsip
berjuang demi segepok uang ,
kamu harus memangsa
dan kau harus kuat
jika lemah
maka
mati
bualan
hanya bualan
tidak ada yang nyata
dan entah kenapa itu tak kan nyata
hanya nurani yang suci yang tahu segalanya.
Dulu
Saat kecil
Dalam timangan
Dalam nina bobokan
Dalam hangat nya tangan ayah
Dalam merdunya nasehat kedua hatiku
Ada tarian sukma yang begitu indah membumbung tinggi
Menyusul elang yang terbang mencari mangsa buat anak-anak nya.
Tarianku mampu menerobos ketinggian sayap-sayap burung raja awan
Tinggi
Tinggi
Tenang
Damai
Lembut
Lirih
Tentram
Dan yang tak tertulis
Entah kapan bisa tertulis
Atau mungkin tak kan bisa ditulis.
Komentar